Tafsir Basmalah

Bismillaahirrohmaanirrohiim

Para sahabat membuka penulisan kitab Allah dengannya. Para ulama sepakat bahwa ‘bismillaahirrohmaanirrohiim’ merupakan salah satu ayat dalam surah an Naml. Kemudian mereka berbeda pendapat: Apakah ia merupakan ayat yang berdiri sendiri di awal setiap surah atau di awal setiap surah yang awalnya dibuka dengannya, atau ia termasuk ayat dari semua surah, atau dia hanya menjadi awal ayat pada surah al Fatihah dan tidak pada surah lainnya, atau ia hanya ditulis sebagai pemisah (antara surah satu dengan yang lainnya) dan bukan merupakan ayat. Ada banyak pendapat di kalangan ulama terdahulu dan belakangan, dan pembahasannya dipaparkan pada selain buku ini.

Dari orang yang pernah dibonceng oleh Nabi shallallahu alaihi wasallam dia berkata: Keledai Nabi shallallahu alaihi wasallam pernah mengamuk, lalu aku berkata, “Celakalah setan.” Maka Nabi shallallahu alaihi wasallam bersabda,”Kamu jangan berkata ‘celakalah setan’. Karena jika kamu berkata ‘celakalah setan’, setan akan membesar seraya berkata, “Demi kekuatanku, aku akan mengalahkan dia.” Namun jika kamu berkata ‘bismillohirrohmaanirrohiiim’, maka setan akan menyusut sampai menjadi sekecil lalat.” Ini adalah salah satu bentuk keberkahan ‘bismillah’, dan karenanya disunnahkan untuk membacanya pada setiap amalan dan ucapan. Disunnahkan membacanya di awal wudhu, ketika makan, dan ketika jima’. Maka yang disyariatkan adalah menyebut nama Allah ketika akan mulai melakukan semua amalan di atas, guna mengharapkan berkah, kebaikan, serta pertolongan agar amalannya bisa sempurna dan diterima. Wallahu a’lam.

‘Allah’ adalah nama bagi Rabb Tabaraka wa Ta’ala. Ada yang berpendapat bahwa ‘Allah’ adalah nama Allah yang terbesar, karena nama inilah yang disifati dengan semua sifat. Sebagaimana firman Allah Ta’ala, “Dialah Allah Yang tiada Tuhan selain Dia, Yang Mengetahui yang ghaib dan yang nyata, Dia-lah Yang Maha Pemurah lagi Maha Penyayang. Dialah Allah Yang tiada Tuhan selain Dia, Raja, Yang Maha Suci, Yang Maha Sejahtera, Yang Mengaruniakan Keamanan, Yang Maha Memelihara, Yang Maha Perkasa, Yang Maha Kuasa, Yang Memiliki segala Keagungan, Maha Suci Allah dari apa yang mereka persekutukan. Dialah Allah Yang Menciptakan, Yang Mengadakan, Yang Membentuk Rupa, Yang Mempunyai Asmaaul Husna. Bertasbih kepadaNya apa yang di langit dan bumi. Dan Dialah Yang Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana.” (QS. al Hasyr: 22-24)

Pada ayat di atas, Allah menjadikan semua nama yang lain sebagai sifat bagi nama ‘Allah’.

Dari Abu Hurairah radhiallahu anhu bahwa Rasulullah shallallahu alaihi wasallam bersabda, “Sungguh hanya milik Allah 99 nama, 100 kurang 1. Siapa saja yang menghafalnya, maka akan masuk surga.”

Dan nama ‘Allah’ ini adalah nama yang tidak boleh dipakai bernama oleh selain Allah Tabaraka wa Ta’ala.

‘ar Rohmaan ar Rohiim’, dua nama yang berasal dari kata ‘rohmah’ dalam bentuk yang mubaalaghah (sangat berlebih dalam makna), namun ‘ar Rohmaan’ lebih mubalaghah daripada ‘ar Rohiim’. Hal itu karena sifat rahmat pada ‘ar Rohmaan’ lebih umum untuk kedua negeri (dunia dan akhirat) dan untuk semua makhlukNya, sementara ‘ar Rohiim’ khusus untuk kaum mukminin. Tatkala Musailamah al Kadzdzab (sang pendusta) dengan lancang bergelar ‘Rohmaan al Yamaamah’ (Rohmaan dari Yamaamah), Allah mengenakan padanya ‘jilbab’ kedustaan dan menjadikan dia terkenal dengannya. Karena itu, namanya tidaklah disebut kecuali sebagai Musailamah al Kadzdzab.

Adapun ‘ar Rohiim’, maka Allah Ta’ala telah menyifati selain diriNya dengan nama ini. Allah berfirman, “Sungguh telah datang kepadamu seorang Rasul dari kaummu sendiri, berat terasa olehnya penderitaanmu, sangat menginginkan (keimanan dan keselamatan) bagimu, amat belas kasihan (Ro`uuf) lagi penyayang (Rohiim) terhadap orang-orang mukmin.” (QS. at Taubah: 128)

Sebagaimana Allah juga telah menyifati selain diriNya dengan nama-namaNya yang lain.

Kesimpulannya: Di antara nama-nama Allah Ta’ala ada yang boleh dipakai bernama oleh selain diriNya dan ada yang tidak boleh dipakai bernama oleh selain diriNya, seperti nama ‘Allah’, ‘ar Rohmaan’, ‘al Khooliq’, ‘ar Rozzaaq’, dan semacamnya. Karenanya Allah memulai kalimat basmalah ini dengan nama ‘Allah’ lalu menyifati nama itu dengan ‘ar Rohmaan’, karena nama ‘ar Rohmaan’ lebih khusus dan lebih eksklusif daripada nama ‘ar Rohiim’. Karena dalam penamaan, yang pertama kali disebut adalah nama yang paling mulia, karena itu Allah memulai dengan nama yang lebih khusus lalu nama yang kurang khusus.

Mukhtashar Shahih Tafsir Ibnu Katsir

0 Response to "Tafsir Basmalah"

Posting Komentar