Iyyaaka na’budu wa iyyaaka nasta’iin - Hanya kepadaMu kami beribadah dan hanya kepadaMu kami memohon pertolongan

Kata ‘Ibadah’ secara etimologi bermakna kehinaan. Contoh penggunaannya: ‘Jalan yang diperhamba’ dan ‘onta yang diperhamba’, yakni: Yang dihinakan. Dalam terminologi syariat, ibadah adalah: Ungkapan yang maknanya menghimpun kesempurnaan cinta, perendahan diri, dan takut. Allah mendahulukan objek kalimatnya, yaitu ‘kepadaMu’ dan diulangi penyebutannya untuk menunjukkan urgensinya dan juga sebagai bentuk pengkhususan. Maksudnya: Kami tidak menyembah kecuali kepadaMu dan kami tidak bertawakkal kecuali kepadaMu. Inilah ketaatan yang sempurna, dan semua ajaran agama kembalinya kepada kedua makna ini.

Hal ini sebagaimana yang dikatakan oleh sebagian ulama salaf, “Surah al Fatihah adalah intinya al Qur`an, dan inti al Fatihah adalah kalimat ini: ‘Hanya kepadaMu kami beribadah dan hanya kepadaMu kami memohon pertolongan’. Kalimat pertama adalah pernyataan berlepas diri dari kesyirikan, dan yang kedua pernyataan berlepas diri dari semua daya dan kekuatan, serta penyandaran diri kepada Allah Azza wa Jalla.”

Terjadi perubahan alur pembicara dari orang ketiga menjadi orang kedua dengan huruf ‘kaf’ (engkau). Di sini sangat sesuai karena tatkala pembicara memuji Allah Ta’ala, seakan-akan dia mendekat dan hadir di hadapan Allah Ta’ala. Karenanya setelah itu sangat pas dia berkata, “Hanya kepadaMu kami beribadah dan hanya kepadaMu kami memohon pertolongan.” Dari Rasulullah shallallahu alaihi wasallam: Allah Ta’ala berfirman, "Aku membagi shalat (baca: al Fatihah) antara Aku dengan hambaKu menjadi 2 bagian; Sebagiannya untukKu dan sisanya untuk hambaKu, dan hambaKu akan mendapatkan apa yang dia minta: Jika hamba berkata, "Alhamdulillahi Robbil 'àlamìn," Allah Ta'ala berfirman, "HambaKu memujiKu." Jika dia berkata, "Arrohmànirròhìm," Allah berfirman, "HambaKu memujaKu." Jika dia berkata, "Màliki yaumiddìn," Allah berfirman, "HambaKu menyanjungKu." Jika dia berkata, "Iyyàka na'budu waiyyàka nasta'ìn," Dia berfirman, "Ini antara Aku dengan hambaKu, dan hambaKu akan mendapatkan apa yang dia minta." Jika dia berkata, "Ihdinashshiròthol mustaqìm. Shiròtholladzìna an'amta 'alaihim, ghairil maghdhùbi 'alaihim waladhdhòlìn," Allah berfirman, "Ini untuk hambaKu, dan hambaKu akan mendapatkan apa yang dia minta."

Qatadah berkata, “Hanya kepadaMu kami beribadah dan hanya kepadaMu kami memohon pertolongan,” Dia menyuruh kalian untuk mengikhlaskan ibadah kepadaNya dan memohon pertolongan kepadaNya dalam semua urusan kalian.”

Allah mendahulukan ‘Hanya kepadaMu kami beribadah’ sebelum ‘hanya kepadaMu kami memohon pertolongan’, karena ibadah adalah tujuannya, sementara memohon pertolongan (isti’anah) adalah sarana menuju kepada tujuan itu. Dan dalam penjelasan urgensi dan penekanan itu didahulukan yang lebih penting, baru yang kurang penting. Wallahu a’lam.

Mukhtashar Shahih Tafsir Ibnu Katsir

0 Response to "Iyyaaka na’budu wa iyyaaka nasta’iin - Hanya kepadaMu kami beribadah dan hanya kepadaMu kami memohon pertolongan"

Posting Komentar